Sebuah Percakapan Laknat Dua Orang Jomlo di Hari Ulangtahun Salah Satunya

“Hari ini ulangtahun gue. Dan mantan gue yang masih sangat gue cintai lagi makan enak di Richesse bareng pacar barunya. Coba sebutin, ada nggak yang lebih tai daripada ini?”

“Merayakan ulangtahun tanpa punya uang?”

“Yap. Benar. Lo mau gue traktir apaan?”

“Hmm… seafood, maybe. Tapi kopi dan kentang goreng juga boleh.”

“Ide bagus. Ayo, cabut!”


“Bob Dylan pernah bilang, sometimes life must gets lonely. Tapi ini lonely-nya kelamaan anjir….”

“Kan gue udah bilang, lo cari aja yang baru. Nggak usah nungguin dia. Nggak akan balik ke lo.”

“Susah emang kalau curhat sama orang nggak percaya sama takdir.”

“Yes I am. Otak lo aja yang masih lawas!”

“Takdir nggak mengenal usia, fyi aja sih…”

“Alah kuno. Liat aja playlist lo tuh. Semua music taun 60’an masih nyangkut di sana. dan lo betah dengerinnya.”

“Good music always be good. Musik sekarang sampah.”

“Nggak semua sih. Tapi lagu lagu lawas lo tuh, aduh…. Berasa nginep di kuburan gue tiap dengeriinya.”

“Bangsat lo. Berisik.”

[Ketawa]

[Ketawa]


“Menurut lo gue jodoh nggak sih sama dia?”

“Nih ya, lo dengerin. Orang yang udah pergi dari lo itu Cuma punya dua pilihan: satu, bener bener pergi dan bukan buat lo. Dua, dia bakal balik lagi dan nyakitin lo kemudian.”

“Bera. Lo kebanyakan disakitin anjir.”

“Engga. Ini realistis aja gue. Biar lo nggak masuk lumpur buat beberapa kali.”

“Lawas quote lo!”

“Bangsat!”

“Serius gue. Gimana ya, I feel magic with his eyes. Gue nggak bisa ngelupain segala hal yang pernah gue lakuin sama dia meski itu hal sepele.”

“Kebanyakan cangkem. Magic is bullshit, you know. Lo nggak bisa lupain karena lo membiarkan dia tetep hidup di kepala lo.”

“Gitu?”

“Iyalah. Jelas.”

“Terus bikin dia mati dari kepala gue gimana?”

[Ketawa]

“Kenapa ketawa lo anjir?”

“Nggak. Gue baru sadar lo goblok banget aja.”

“Ye bangsat.”

“Ya lo tinggal matiin aja. Anggap dia udah nggak ada. Gampang kan?”

“Monyet, nggak segampang itu ya.”

“Ya, lo kan bisa ngarang. Lo ngarang cerita aja buat diri lo sendiri kalau dia udah mati. Nggak bisa diharapin lagi. Atau anggap aja lo bener-bener nggak pernah ketemu dia.”

“Nggak bisa lah benga.”

“Dia aja bisa anggap lo nggak ada, kenapa lo nggak bisa? Simpel kan?”

“Ya….mungkin dia sibuk.”

“Sibuk sama siapa? Pacar barunya? Sibuk bahagia maksud lo?”

“Yeee mulut nggak ditatur itu!”

“Lo buang-buang waktu lo buat ngeluhin dia. Lo buang-buang waktu lo buat memandang punggung dia. Bahkan lo kayak orang bego, nggak sadar kalo dia nggak bakal noleh lagi ke lo.”

“Anjir. Sakit ya.”

“Sakit emang, but your life isn’t disaster yet.”

“Ya terus apaan dong?”

“Yaaa apa ya. Sampah kali. Apa drama sedih.”

“Alah bera lo punya cangkem!”

[Ketawa]

“Jadi gue sama dia nggak jodoh nih?”

“NGA!”

“Hm. Okay. Yaudah, kita omongin yang lain aja.”

“Apaan?”

“Tentang gebetan lo aja yang sipit cakep itu dan tidak bakal tergapai.”

“Bangsat lo punya cangkem!”

[Ketawa]

[Ketawa]

“Yaudah. Ngomongin pacar mantan gue yang…yah… ayo kita lihat foto terbarunya. Jangan ngakak ya. Jangan. Pokoknya jangan.”

“Bangsat ini apaan dah?”

[Ngakak] “Anjirr…”

[Ngakak]

“Laper nih gue.”

“Makanya jangan ngetawain orang mulu. Pesen dimsum aja ayo.”

“Ayo.”

“Anjir ngantri panjang banget kayak ngantri sembako pas mao lebaran.”

“Life. If you want something, go for it till it hurts.”

“Alah quote tai!”

 

Tamat

Tinggalkan komentar